Jumat, 16 Oktober 2015

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH/MADRASAH

KONSEP DASAR PENDIDIKAN KARAKTER
DI SEKOLAH/MADRASAH
Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tagas Mata Kuliah  Pendidikan Karakter
Yang diampu Oleh  : Dr. Darmuin, M.Ag
Disusun Oleh :
Kristanto
1400018025

PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana untuk merubah kondisi yang ada pada diri manusia. Hal ini terjadi pada masa Rasulullah saw yang mampu merubah generasi jahiliyah menjadi generasi muslim yang dipenuhi dengan ilmu dan budi pekerti yang mulia serta memilki pola hidup yang Islami. Pendidikan pada masa ini menjadi sejarah sepanjang zaman yang akan selalu masyhur dikalangan umat Islam. Karena pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah saw merupakan pendidikan yang berbasis dengan nilai. Yaitu 1nilai-nilai ketuahanan yang dapat mengantarkan manusia memiliki keimanan yang kuat, berpengetahuan yaang luas,  berakhlak mulia dan memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap keadaan lingkungan dan masyarakat.[1]
Seiring dengan perkembangan zaman Akhlak atau karakter merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan karakter menjadi sebuah tolak ukur kemajuan suatu bangsa dan negara. Bangsa yang memiliki karakter yang tangguh, lazim tentunya jika bangsa tersebut berkembang maju dan sejahtera, seperti Cina, Brasil dan Rusia. Begitu juga sebaliknya jika karakter yang memilki karakter yang lemah umunya juga menjadi bangsa yang terpuruk. Karena tidak memilki kontribusi yang bermakna untuk kemajuan dunia.[2]  
Pendidikan karakter pada tahun 2012 sangat gencar dalam dunia pendidikan, bahkan nilai-nilai karakter terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan, hal ini juga semakin banyak diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh kalangan akademisi dan para tokoh yang terlibat dalam dunia pendidikan.  Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa Indonesia sekarang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh para nenek moyang mereka. Padaha nilai-nilai karakter itu sudah lama dijunjung tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-har seperti kejujuran, kesantunan, kebersamaan, dan religious.
Nilai-nilai karakter semacam ini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing yang cenderung yang masuk ke dalam dunia anak zaman sekarang. Makah hal itu menyebabkan materialisme dan individualism mengakar kuat , sehingga nilai-nilai karakter tersebut tidak bisa dirasakan lagi dalam lingkungan kehidupan kita. Hal itu bisa kita lihat dengan dunia permainan anak zaman sekarang yang lebih asyik dengan di depan laptop atau HP untuk menyelesaiakan permainan tertentu. Berbeda dengan permainan zaman dulu yang mengandung unsur kebersamaan bukan sifat individualisme.  Maka dari itu pentingsekali  untuk kita kaji pendidikan karakter agar kita bisa memahami makna pendidikan karakter dan dapat kita amalkan dalam dunia pendidikan sehingga kita bisa menjadi seorang pendidik yang baik yang dapat mengantarkan putra-putri kita menjadi putra-putri bangsa yang memilki karakter yang mulia .

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah konsep pendidikan Karakter di Sekolah?
2.      Mengapa pendidikan karakter sangat penting untuk dilaksanakan dan dikembangkan  di sekolah atau   madsarasah?



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Konsep Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di negara Indonesia sebenarnya tersirat di dalam lagu Indonesia raya yang berbunyi” bangunlah jiwanya bangunlah badannya” dari makna yang terkandung dalam lagu tersebut sebenarnya hal yang harus dibangun adalah jiwa adalah membangun karakter bangsa dibandingkan membangun membangun hal yang tampak fisik. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada sifat-sifat kejiwaan akhlak atau budi pekerti. Hal inilah yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Maka istilah karakter sering dipahami sebagai kepribadian, perilaku, tabi’at, sifat, watak yang dimiliki oleh setiap orang.[3] Akan tetapi perilaku sebenarnya dapat dibentuk yaitu melalui pendidikan atau faktor-faktor yang lain yang dapat menpengaruhi dan menciptakan perilaku yang baik.
Berbicara mengenai karakter kita juga harus melihat tujuan dari pendidikan yaitu membentuk karakter  yang terwujud dalam kesatuan esensial anak dengan perilaku atau sikap yang dimilikinya.[4] Hal itu ternyata juga bisa lihat  dalam pendidikan nasional di Indonesia  yang tertulis dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang dasar, fungsi dan tujuan pendidikan dijelaskan bahwa  “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan  bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[5] Dari tujuan pendidikan nasional yang setidaknya sudah ada karakter yang pemahaman dari istilah tersebut terdapat berbagai macam pemahaman. Pendidikan karakter sebenarnya lebih menekankan pada  dimensi etis spiritual dalam proses  pembentukam pribadi. Hal ini dicetuskan oleh Pedagog Jerman FW Foerster. [6]

1.      Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter secara etimologis berasal dari bahasa Yunani ”karasso” yang artinya adalah cetak biru, format dasar, sidik seperti sidik jari. Sedangkan dalam bahasa Arab karakter disebut dengan akhlak atau thabi’ah. Sedangkan dalam istilah Yahudi karakter disebut dengan sesuatu yang bebas tidak dapat dikuasai oleh manusia. Artinya karakter manusia tidak dapat dikuasai oleh indra manusia dan manusia tidak dapat ikut campur tangan terhadap pemilik karakter tersebut.  Karena karakter merupakan ciri khas setiap individu yang berkaitan dengan jati diri manusia (hati), cara berpikir, dan cara berperilaku seseorang dalam berhubungan kepada sesama manusia yang  berada dilingkungan keluaraga, sekolah, masyarakat, dan bernegara.[7]

Pendidikan Karakter merupakan pendidikan yang bertujuan membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan budi pekerti. Karena Budi pekerti tersebut dapat dilihat secara nyata dan tampak dalam kehidupan atau tingkah laku dalam kehidupannya, misalnya berperilaku baik dengan berkata jujur dan bertanggung jawab, menghormati antar sesama, memiliki jiwa bekerjha keras,  hal ini merupakan pendapat  menurut Thomas Lickona yang dikuti oleh Hey Gunawan.[8]  Jadi jika kita amati dari pengertian pendidikan karakter tersebut hampir sama dengan pendidikan yang lebih mengarahkan kepada akhlak manusia. Karena akhlak sendiri sebenarnya adalah merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga menjadi mudah untuk melakukannya tanpa berpikir bagaiamana cara melakukannya.[9]
Ternyata hal ini didukung oleh Ramli sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan bahwa pendidikan karakter memilki esensi dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Karena tujuannya adalah membentuk pribadi anak agar  menjadi anak yang baik sehingga mampu menjadi masyarakat dan warga negara yang baik pula. Kriteria dari warga negara yang baik secara umum adalah  melaksanakan nilai-nilai sosial tertentu yang dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsa. Maka hakikat pendidikan karakter di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari bangsa Indonesia sendiri dalam rangka membina generasi muda bangsa.[10]
Akhlak juga sering disebut dengan budi pekerti atau perangai yang melekat dalam jiwa dan kepribadian yang kemudia memunculkan perilaku atau perbuatan secara spontan, mudah, tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran. Ketika perilaku yang muncul adalah perilaku yang baik maka dia berakhlak baik, begitu juga sebaliknya jika perilaku yang muncul dengan mudah tanpa dibuat-buat adalah perilaku yang buruk maka dia berakhlak buruk.[11]
Istilah Karakter jika diungkapkan oleh Presiden Indonesia yang pertama  Ir. Sokearno karakter merupakan sebuah watak bangsa Indonesia yang harus dibangun, akan tetapi jika dalam pandangan Ki Hajar Dewantara karakter memiliki makna pendidikan watak untuk para siswa yang meliputi cipta, rasa, dan karsa.[12] Watak sebenarnya merupakan sifat seseorang yang dapat dibentuk , walaupun watak mengandung unsur bawaan yang antara satu dengan yang lain berbeda-beda. Karena watak itu dapat dipengaruhi dari faktor internal dan eksternal. Faktor Eksternal inilah yang menjadi akan dijadikan sumber dari mendidik karakter. Yang dipengaruhi dari keluaga, sekolah, masyarakat dan lingkungan pergaulan.
 Sedangkan menurut Elkind dan Sweet sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia peduli, dengan nilai-nilai etis. Bisa juga diartikan sebagai pemahaman untuk manusia agar bisa menilai suatu kebenaran, sangat peduli dengan kebenaran dan hak-hak. Kemudia juga melakukan suatu perbuatan yang diyakini kebenarannya. Maka secara tegas yang kita kaitkan dengan dunia pendidikan di sekolah, pendidikan karakter merupakan segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang guru untuk mempengaruhi karakter peserta didik. Guru membantu siswa untuk membentuk watak peserta didik. Hal ini meliputi sebuah keteladanan yang dilakukan oleh seorang guru dalam bereperilaku agar siswa dapat meniru apa yang dilakukan oleh seorang guru. Selain itu juga bisa berbentuk cara berbicara  menyampaikan materi , guru bertyoleransi dan berbagai hal yang terkait dengan tingkah laku yang baik.[13]
Pendidikan karakter juga bisa diartikan sebagai upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan inti yang secara obyektif baik bagi individu maupun masyarakat. Kebajikan itu saantara lain menghargai kebinekaan, toleransi, gotong royong, musyawarah, kebijaksanaan, adil, sederhanaan. Padangan pada masa dulu pendidikan karakter yang paling utama adalah pendidikan dari keluarga. Karena keluarga pada masa dulu mampu berfungsi sebagai tempat terbaik bagi anak-anak untuk mengenal dan mempraktikan berbagai kebaikan dan biasanya itu terbentuk dalam sebuah tradisi yang dikenalkan secara langsung kepada anak-anak bisa melalui keteldanan, petuah, cerita, pembiasaan setiap hari secara intensif sehingga keluarga mampu menjadi pendidikan utama dalam membangun sebuah karakter anak. [14]
Karakter diibaratkan seperti otot yang akan menjadi lembek jika tidak dilatih. Dengan latihan maka otot akan menjadi kuat dan akan terwujud menjadi kebiasaan. Hal yang penting yang harus dilakukan adalah pembiasaan perilaku yang baik. Hal yang bisa kita ilustrasikan misalnya anak yang sudah terbiasa berkata jujur atau disiplin dengan sendirinya  akan berkata jujur dan berperilaku disiplin. Hal ini karena karakter pada diri anak tersebut sudah terbentuk menjadi karakter yang jujur dan displin. Orang yang memilki karakter yang baik melaksanakan suatu aktifitas yang baik bukan karena hukuman atau aturan, akantetapi keinginan melakukan aktifitas tersebut disebabkan karena keinginan berbuat baik itu muncul dari pribadinya sendiri. [15]
Menanamkan pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk,akan tetapi pendidikan karakter harus dilakukan dengan menanamkan pembiasaan yang terus menerus, sehingga kognitif meraka akan terbangun karena  menjadi paham mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan yang buruk, selain itu juga afektif mereka juga diasah dengan mampu merasakan nilai-nilai dari perbuatan baik tersebut, dan psikomotorik tentunya akan didapatkan karena sudah terbiasa melakuakan perbuatan yang baik.[16] Oleh karena sangat penting bagi seorang pendidik untuk membiasakan anak didiknya untuk berperilaku yang baik, menanmkan nilai-nilai afektif kepada anak, sehingga anak bisa melakukan suatu perbuatan yang baik, bukan kerana faktor tertentu , akan tetapi memang karena muncul keinginan berbuat baik dari hati dan pribadi anak itu sendiri, sehingga akan melahirkan karakter yang baik bagi generasi bangsa di Indonesia.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha dalam pendidikan untuk membentuk dan memperbaiki akhlak perilaku perserta didik, dari ucapan dan perbuatan dengan memberikan beberapa ilmu dan pemahaman  tentang kebaikan yang bisa diterapkan di lingkungan keluarga sekolah, masyarakat dan bernegara baik kepada orang yang lebih  muda atau yang lebi tua.

2.      Urgensi, Tujuan , fungsi dan media pengembangan pendidkian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan sepuah aspek yang sangat penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia (SDM), karena karakter turut serta dalam mennetukan kemajuan suatu bangsa. Maka dari kualitas karakter yang baik ini harus dibentuk sejak dini, karena usia dini merupakan usia emas dalam pembentukan karakter seseorang. Hal ini sangat penting untuk dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena tingkat perbuatan yang menyimpang dalam kalangan remaja semakin naik, anak-anak sekarang juga menggunakan bahasa yang tidak baik, yang dicampuradukan bahkan menggunakan kata-kata baru yang dicampuradukan dengan bahsa Indonesia. Perilaku merusak diri dengan menggunakan narkoba, minuman keras , dan seks bebas. Semakin kaburnya pedoman moral, berkurangnya sifat menghormati kepada orang yang lebih tua.[17]
Hal inilah sebenarnya yang menjadi alasan pentingnya pendidikan karakter di negara Indonesia. Jika hal ini terus mengakar di negara kita , maka tentunya kualitas SDM di negara Indonesia tidak menunjukan karakter yang baik. Warisan budaya tata krama nenek moyang yang bersumber dari berbagai suku dan daeraah akan luntur.Maka sudah sepantasnya jika pemerintah negara Indonesia juga sangat gencar untuk mensosialisasikan pendidikan karakter.
Program pendidikan karakter munculk di negara Indonesia juga sangat lazim jika dikembangkan. Karena pendidikan di Indonesia berhasil dalam mendidik kognitif dengan pengembangan otak yang cerdas, mampu menjawab berbagai macam ujian. Akan tetapi belum bisa memilki mental yang kuat, terutama dalam bidang moral yang jauh menyimpang dari kebaikan. Tidak lain juga banyak pakar agama yang mengajarkan kebaikan, tetapi perilakunya juga jauh dari apa yang telah diajarkannya. Selain itu dalam bidang pendidikan misalnya diajarkan untuk berkata jujur, bertanggung jawab, bekerja keras, klebersihan,, akan tetapi itu hanya sebatas pada pengahfalan teori yang diujikan melalui tes. Tindak lanjut dari teori yang harus diapalikasikan belum berjalan secara maksimal. Ratna Megawangi sebagimana dikuti oleh Heri Gunawan menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalh mengukir akhlak melalui proses pengetahuan kebaikan, cinta dengan kebaikan, dan juga beraktifitas yang baik, sehingga melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik. Sehingga akhlak mulia bisa terukir.[18]
Tujuan dari pendidikan karakter adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlakn mulia, bermolar, bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai-nilai pancasila. Sedangkan fungsi dari pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar memiliki hati yang baik, berpikiran yang baik, dan berperilaku yang baik. Selain itu juga berfungsi untuk memperkuat dan membangun perilaku bangnsa multikulur serta meningkatkan peradaban bangsa yang yang kompetitif dalam pergaulan dunia. [19]
 Jika kita lihat itu memang sudah menjadi tujuan pendidikan nasioanal yang direncanakan sudah berapa tahun lamanya. Maka dari itu penting sekali mendidik dengan baik di lingkungan sekolah dengan menanamkan nilai-nilai karakter yang baik, sehingga tujuan dari pendidikan nasional dapat terwujud dan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang bermartabat di dunia Internasional. Media dalam mengembangkan pendidikan karakter bisa dillakukan dnegan menggunakan beberapa media antara lain ruang lingkup keluaraga, satuan pendidikan seperti sekolah, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah, dunia usaha, dan media masa.

3.      Sumber dan Nilai-nilai pendidikan Karakter yang dikembangkan
Summber adalah  tempat berasalnya karakter itu muncul. Sedangkan nilai merupakan sesuatu yang terkandung dalam diri (hati nurani) manusia yang lebih memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan standar dari keindahan dan dan keutuhan kata hati. Jadi nilai merupakan suatu rujukan untuk melakukan tindakan atau perbuatan yang digunakan sebvagai sarana untuk mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik untuk dilakukan atau ditinggalkan. [20]
Nilai-nilai yang baik  dalam kehidupan antara lain adalah nilai kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kasih sayang, peduli, keramahan, toleransi.  Akan tetapi nilai-nilai karakter yang dikembangkan di amerika sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan menjelaskan bahwa ada 20 karakter utama yang dikembangkan antara lain dapat dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tanggung jawab, jujur, peduli, kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun,  dan integritas.
Sedangkan nilai-nilai karakter yang dikembangkan disekolah di Indonesia yaitu sebagai berikut :
1.      Hubungan dengan Tuhan yang Maha Esa indikator atau deskripsi perilaku siswa yaitu siswa bekata dan berperilaku yang mengandung nilai-nilai ketuhana atau ajaran agama yang dianutnya.
2.      Hubungan dengan dirinya sendiri indikator dari nilai karakter ini adalah siswa mampu menghargai dirinya sendiri .nilai-nilai yang menghargai dirinya sendiri antara lain kejujuran, bertanggung jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, ingin tahu, dan cinta ilmu.
3.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan sesama. Nilai karakter terhadap sesama antara lain sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun serta demokratis. Memiliki tanggung jawab sopan dan santun, dermawan dan tolong menolong, percaya pada diri sendiri dan pekerja keras.[21]
4.      Nilai karakter dalam hubungannya dengan lingkungan. Yaitu dengan menunjukan sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan lingkungan, serta memperbaiki lingkungan agar menjadi lebih baik. Selain itu juga menunjukan sikap memberi bantuan yang kepada masyarakat yang membutuhkan lingkungan.
5.      Nilai kebangsaan yaitu dengan mengembangkan nilai mnasionalis, dan menghargai keberagaman. Maka perilaku yang ditampilkan adalah dengan berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara yang meliputi kepedulian dalm bidang sosial, ekonomi, dan kebudayaan, dan politik bangsa.[22]

4.      Prinsip-prinsip  Pendidikan Karaktrer
Pendidikan Karakter di sekolah atau di madrasah akan berjalan dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaanya memahami prinsip-prinsip yang ada pada pendidikan . Kemendiknas tahun 2010 memberikan rekomendasi ada 11 prinsip untuk mewujudkan tercapainya pendidikan karakter. 11 prinsip dalam pelaksanaan pendidikan karakter tersebut antara lain :
1)      Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis berbasis karakter.
2)      Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
3)      Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter.
4)      Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki  kepedeulian.
5)      Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik.
6)      Memilki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka , dan membantu mereka untuk sukses.
7)      Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada peserta didik.
8)      Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai yang sama. Bisa kita pahami bahwa semua elemen yang ada pada sekolah atau madrasah semua berfungsi dan saling memberikan sumbangsih yang baik untuk membentuk karakter yang baik terhadap peserta didik.
9)      Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10)  Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter. Inilah yang menjadi penting komite sekolah dalam hal pendiidkan. Karena akan menjabatani program yang akan dilaksakan sekolah.
11)      Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter dan manifetsasi karakter poritif dalam kehidupan peserta didik. [23]
Menjadi hal yang penting jika pendidikan karakkter dilaksanakan secara   berkelanjutan karena proses pemembengan karakter merpakan sebuah proses yang sangat panjang mulai merke masuk sekolah sampai dia lulus, selain itu seharusnya pendidikan karakter juga terintegrasi ke semua mata pelajaran, kegiatan pengembangan diri seperti kegiatan ekstrakurikuler , dan buadaya yang ada disekolah tersebut.  Pendidikan karakter juga harus dipahami oleh peserta didik., kemudia setelelah dia tahu dia praktekan dalam kehidupan dan dibiasakan perilaku tersebut sehingga akan menjadi budaya yang baik pada sekolah tersebut. Dan yang paling menarik dari suatu pendidikan adalah jika pendidikan tersebut dapat dilaksanakan secara aktif dan meyenangkan. Siswa yang berperan aktif dalam prosese pendidikan sedangkan guru mengayomi dan mendukung apa yang dilakukan oleh peserta didik.[24] 
5.      Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Pencetus Pendidikan Karakter  Foerster menyatakan bahwa setidaknya ada 4 ciri dasar dari pendidikan Karakter.  4 ciri dasar tersebut setidaknya dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mengatahui pendidikan karakter tersebut berlangsung dengan baik atau tidak jika dilaksanakan di lingkungan sekolah atau Madrasah. 4 ciri dasar dari pendidikan karakter tersebut antara lain :
1)      Keteraturan interior dimana setiap tindakan diukur berdasarkan hirarki nilai, Maka nilai menjadi pedoman yang bersifat normative dalam setiap tindakan.
2)      Koherensi yang memberi keberanian membuat sesorang teguh ada prinsip dan tidak mudah mudah terombang-ambing dengan situasi baru atau tekut resiko. Karena ini akan menjadi dasar dala membangun rasa percaya satu sama lain.
3)      Otonomi yang man akan menjadi dari sebuah keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan atau pihak lain.
4)      Keteguhan dan kesetiaan yang mana akan menjadi daya tahan bagi sesorang dalam menghrapakan sesuatu yang dipandang adalah sesuatu yang baik. Dan kesetian merupakan sebuah bbukti dari komitmen.

B.     Pendidikan Karakter di Sekolah atau Madrasah di Indonesia
Pendidikan dilaksanaka di sekolah atau madrasah, tentunya tidak mungkin jika pelaksanaan tersebut tanpa didasari dengan alasan yang jelas, sedikitnya ada 4 faktor yang mendasar pendidikan karater dilaksanakan di sekolah. Anatara lain :
1.      Banyak keluarga yang tidak melaksanakan pendidikan karakter
2.      sekolah sebenarnya tidak hanya bertujuan untuk membentuk anak yang cerdas, akan tetaapi juga membentuk anak yang baik dengan berperilaku yang baik dalam kehidupannya
3.      kecerdasan seorang anak akan bermakna jika dilandasi dengan kebaikan.
4.      Tugas guru dan tanggung jawab guru adalah membentuk anak didik memilki karakter yang tangguh, dan gruru merupakan sosok yang sangat berperan dalam membentuk karakter tersebut.[25]
Pendidikan karakter di Indonesia tentunya memang harus dilaksanakan di Sekolah karena waktu siswa setidaknya 6 sampai 7 jam siswa berada di sekolah. Selain itu kondisi  moral dan perilaku kaum muda sangat mencemaskan. Hal itu ditandai dengan perilaku mencontek, mengkonsmsi narkoba, tindakan keketrasan, pornografi , seks bebas, acuh tak acuh terhadap orang lain.[26] Jadi memang selayaknya pendidikan karakter harus dilaksanakan di sekolah. Karena semua itu sebenarnya adalah keinginan dari masyarakat yang mengharapkan sekolah sebagai tempat pendidikan memberikan sumbangsih terhadap generasi muda.
            Ketika sekolah sudah dipercaya oleh masayarakat untuk memberikan sumbngih pendidikan untuk memperbaiki karakter penerus bangsa. Maka sekolah seharusnya memahami konsep pendidikan karakter yang didalamnya juga ada prinsip-prinsip dalam pengembangan pendidikan karakter . seharapan dari masayarakat bisa terwujud dengan baik. Selain itu masayarakat juga akan merasa keberadaan sekolah dan madrasah sangat membantu pendidikan karakter dari putra-putri mereka.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari latar belakang dan  rumusa masalah dan pembahasan pada bab II di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.      pendidikan karakter di sekolah merupakan suatu usaha dalam pendidikan untuk membentuk dan memperbaiki akhlak perilaku perserta didik, dari ucapan dan perbuatan dengan memberikan beberapa ilmu dan pemahaman  tentang kebaikan yang bisa diterapkan di lingkungan keluarga sekolah, masyarakat dan bernegara baik kepada orang yang lebih  muda atau yang lebih tua. Yang bersumber dari nilai ketuhanan  dan sesama manusia. Yang dikembangkan di sekolah prinsip-prinsip pendidikan karakter di sekolahyang diintegrasikan dan difungsikan daari berbagai elemen yang ikut terjun dalam dunia pendidikan
2.      Pendiidkan sangat penting dilaksanakan di sekolah karena melihat fenomena dan realita yang ada dimasayarakan begitu sangata mencemaskan, sehingga masyarakat berharap dan menuntut sekolah untuk dapat membentuk dang mengembangkan pura-putinya untuk memiliki karakter yang baik, sehingga

B.     Kritik dan Saran
Demikian makalah yang membahas tentang  “ Konsep pendidikan karakter di sekolah atau Madrasah semoga kita bisa memahami dan mendidik putra-putra kita menjadi generasi berkaraker yang baik. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna dan banyak kalimat-kalimat yang salah atau mungkin tidak bisa dipahami. Untuk itu kritik dan saran selalu kami nantikan guna kesempurnaan tugas selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

El Mubarok, Zaim, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang tercerai, Bandung:  Alfabeta CV, 2009.
Gunawan Heri,S.Pd.I, M.Ag, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, Bandung : Alfabeta CV, 2012.
Maksudin, Dr, H, M. Ag. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta, Fakultas tarbiyah UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Pustka pelajar, 2013.
Moh. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan ala Rasulullah, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Saptono,M.Pd. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter Wawasan,strategi, dan langkah praktis, Jakarta : Erlangga Group, 2011.
Sudrajat, Ajat, et.all. Din al-Islam Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Umum, Yogyakarta : Uny Press, , 2008
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VVT sebagai Inovasi  Pendekatan Pembelajaran Afektif, Jakarta : Rajawali Pers, 2013.
Undang-undang SISDIKNAS (sistem pendidikan Nasional) UU RI No 20 tahun 2003 pasal 3









[1] Moh. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan ala Rasulullah, Semarang, Pustaka Rizki Putra, 2009, hlm. 3
[2] Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter Wawasan,strategi, dan langkah praktis, Jakarta, Erlangga Group, 2011, hlm. 16
[3] Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, , Alfabeta CV,  Bandung, 2012, hlm. 2
[4] Zaim El Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang tercerai, Bandung, Alfabeta CV, 2009, hlm. 104 

[5]Undang-undang SISDIKNAS (sistem pendidikan Nasional) UU RI No 20 tahun 2003pasal 3
[6] Zaim El Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang tercerai, Bandung, Alfabeta CV, 2009, hlm. 104 
[7] Maksudin,. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta, Fakultas tarbiyah UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Pustka pelajar, 2013, hlm. 1-3
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, , Alfabeta CV,  Bandung, 2012, hlm. 23
[9] Ajat Sudrajat, et.all. Din al-Islam Pendidikan Islam di Perguruan Tinggi Umum, Uny Press, Yogyakarta, 2008, hlm .81
[10] Hery Gunawan,  Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, hlm. 24
[11] Ibid. hlm. 88
[12] Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan VVT sebagai Inovasi  Pendekatan Pembelajaran Afektif, Rajawali Pers, Jakarta,2013,  hlm. 76
[13] Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, , Alfabeta CV,  Bandung, 2012, hlm. 24
[14] Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter wawasan, strategi, dan langkah praktis, Erlangga, Jakarta, 2011, hlm23
[15] Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, , Alfabeta CV,  Bandung, 2012, hlm. 24
[16] Ibid, hlm. 27
[17] Ibid, hlm 28
[18] Ibid, hlm. 29
[19] Ibid, hlm. 30
[20] Ibid, hlm. 31
[21] Maksudin,. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta, Fakultas tarbiyah UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Pustka pelajar, 2013, hlm. 56

[22] Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, , Alfabeta CV,  Bandung, 2012, hlm. 33-35
[23]  Ibid. hlm. 35
[24] Ibid. hlm. 36
[25] Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter wawasan, strategi, dan langkah praktis, Erlangga, Jakarta, 2011, hlm. 24
[26] Ibid. 25

Tidak ada komentar:

Posting Komentar