KONSEP DASAR PENDIDIKAN KARAKTER
DI SEKOLAH/MADRASAH
Makalah
Disusun
Guna Memenuhi Tagas Mata Kuliah
Pendidikan Karakter
Yang
diampu Oleh : Dr. Darmuin, M.Ag
Disusun Oleh :
Kristanto
1400018025
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
WALISONGO
SEMARANG
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana untuk merubah kondisi yang ada pada diri
manusia. Hal ini terjadi pada masa Rasulullah saw yang mampu merubah generasi
jahiliyah menjadi generasi muslim yang dipenuhi dengan ilmu dan budi pekerti
yang mulia serta memilki pola hidup yang Islami. Pendidikan pada masa ini
menjadi sejarah sepanjang zaman yang akan selalu masyhur dikalangan umat Islam.
Karena pendidikan yang diajarkan oleh Rasulullah saw merupakan pendidikan yang
berbasis dengan nilai. Yaitu 1nilai-nilai ketuahanan yang dapat mengantarkan
manusia memiliki keimanan yang kuat, berpengetahuan yaang luas, berakhlak mulia dan memiliki sensitifitas yang
tinggi terhadap keadaan lingkungan dan masyarakat.[1]
Seiring dengan perkembangan zaman Akhlak atau karakter merupakan sesuatu
yang sangat penting dalam kehidupan. Bahkan karakter menjadi sebuah tolak ukur
kemajuan suatu bangsa dan negara. Bangsa yang memiliki karakter yang tangguh,
lazim tentunya jika bangsa tersebut berkembang maju dan sejahtera, seperti
Cina, Brasil dan Rusia. Begitu juga sebaliknya jika karakter yang memilki
karakter yang lemah umunya juga menjadi bangsa yang terpuruk. Karena tidak
memilki kontribusi yang bermakna untuk kemajuan dunia.[2]
Pendidikan karakter
pada tahun 2012 sangat gencar dalam dunia pendidikan, bahkan nilai-nilai
karakter terintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan, hal ini juga semakin
banyak diperbincangkan di tengah-tengah masyarakat Indonesia, terutama oleh
kalangan akademisi dan para tokoh yang terlibat dalam dunia pendidikan. Sikap dan perilaku masyarakat dan bangsa
Indonesia sekarang cenderung mengabaikan nilai-nilai luhur yang diwariskan oleh
para nenek moyang mereka. Padaha nilai-nilai karakter itu sudah lama dijunjung
tinggi dan mengakar dalam sikap dan perilaku sehari-har seperti kejujuran,
kesantunan, kebersamaan, dan religious.
Nilai-nilai karakter
semacam ini sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh budaya asing yang
cenderung yang masuk ke dalam dunia anak zaman sekarang. Makah hal itu
menyebabkan materialisme dan individualism mengakar kuat , sehingga nilai-nilai
karakter tersebut tidak bisa dirasakan lagi dalam lingkungan kehidupan kita.
Hal itu bisa kita lihat dengan dunia permainan anak zaman sekarang yang lebih
asyik dengan di depan laptop atau HP untuk menyelesaiakan permainan tertentu. Berbeda
dengan permainan zaman dulu yang mengandung unsur kebersamaan bukan sifat
individualisme. Maka dari itu pentingsekali untuk kita kaji pendidikan karakter agar kita
bisa memahami makna pendidikan karakter dan dapat kita amalkan dalam dunia
pendidikan sehingga kita bisa menjadi seorang pendidik yang baik yang dapat
mengantarkan putra-putri kita menjadi putra-putri bangsa yang memilki karakter
yang mulia .
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah konsep pendidikan
Karakter di Sekolah?
2.
Mengapa pendidikan karakter sangat
penting untuk dilaksanakan dan dikembangkan di sekolah atau madsarasah?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter di negara
Indonesia sebenarnya tersirat di dalam lagu Indonesia raya yang berbunyi”
bangunlah jiwanya bangunlah badannya” dari makna yang terkandung dalam lagu
tersebut sebenarnya hal yang harus dibangun adalah jiwa adalah membangun
karakter bangsa dibandingkan membangun membangun hal yang tampak fisik. Pendidikan
karakter merupakan pendidikan yang lebih menitikberatkan pada sifat-sifat
kejiwaan akhlak atau budi pekerti. Hal
inilah yang membedakan antara satu orang dengan orang yang lain. Maka istilah
karakter sering dipahami sebagai kepribadian, perilaku, tabi’at, sifat, watak
yang dimiliki oleh setiap orang.[3] Akan tetapi perilaku sebenarnya dapat dibentuk yaitu
melalui pendidikan atau faktor-faktor yang lain yang dapat menpengaruhi dan
menciptakan perilaku yang baik.
Berbicara mengenai karakter kita juga harus melihat
tujuan dari pendidikan yaitu membentuk karakter
yang terwujud dalam kesatuan esensial anak dengan perilaku atau sikap
yang dimilikinya.[4]
Hal itu ternyata juga bisa lihat dalam
pendidikan nasional di Indonesia yang
tertulis dalam UU Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang dasar, fungsi dan tujuan
pendidikan dijelaskan bahwa “Pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.[5] Dari
tujuan pendidikan nasional yang setidaknya sudah ada karakter yang pemahaman
dari istilah tersebut terdapat berbagai macam pemahaman. Pendidikan karakter sebenarnya lebih
menekankan pada dimensi etis spiritual
dalam proses pembentukam pribadi. Hal ini dicetuskan oleh Pedagog Jerman FW Foerster. [6]
1.
Pengertian Pendidikan Karakter
Karakter secara etimologis berasal
dari bahasa Yunani ”karasso” yang artinya adalah cetak biru, format
dasar, sidik seperti sidik jari. Sedangkan dalam bahasa Arab karakter disebut
dengan akhlak atau thabi’ah. Sedangkan dalam istilah Yahudi
karakter disebut dengan sesuatu yang bebas tidak dapat dikuasai oleh manusia.
Artinya karakter manusia tidak dapat dikuasai oleh indra manusia dan manusia
tidak dapat ikut campur tangan terhadap pemilik karakter tersebut. Karena karakter merupakan ciri khas setiap
individu yang berkaitan dengan jati diri manusia (hati), cara berpikir, dan
cara berperilaku seseorang dalam berhubungan kepada sesama manusia yang berada dilingkungan keluaraga, sekolah,
masyarakat, dan bernegara.[7]
Pendidikan Karakter merupakan
pendidikan yang bertujuan membentuk kepribadian seseorang melalui pendidikan
budi pekerti. Karena Budi pekerti tersebut dapat dilihat secara nyata dan
tampak dalam kehidupan atau tingkah laku dalam kehidupannya, misalnya
berperilaku baik dengan berkata jujur dan bertanggung jawab, menghormati antar
sesama, memiliki jiwa bekerjha keras, hal
ini merupakan pendapat menurut Thomas
Lickona yang dikuti oleh Hey Gunawan.[8] Jadi jika kita amati dari pengertian
pendidikan karakter tersebut hampir sama dengan pendidikan yang lebih
mengarahkan kepada akhlak manusia. Karena akhlak sendiri sebenarnya adalah merupakan perbuatan yang diulang-ulang
sehingga menjadi mudah untuk melakukannya tanpa berpikir bagaiamana cara
melakukannya.[9]
Ternyata hal ini didukung oleh Ramli
sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan bahwa pendidikan karakter memilki esensi
dan makna yang sama dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Karena
tujuannya adalah membentuk pribadi anak agar
menjadi anak yang baik sehingga mampu menjadi masyarakat dan warga
negara yang baik pula. Kriteria dari warga negara yang baik secara umum adalah melaksanakan nilai-nilai sosial tertentu yang
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsa. Maka hakikat pendidikan karakter
di Indonesia adalah pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari bangsa
Indonesia sendiri dalam rangka membina generasi muda bangsa.[10]
Akhlak juga sering disebut dengan budi
pekerti atau perangai yang melekat dalam jiwa dan kepribadian yang kemudia
memunculkan perilaku atau perbuatan secara spontan, mudah, tanpa dibuat-buat
dan tanpa memerlukan pemikiran. Ketika perilaku yang muncul adalah perilaku
yang baik maka dia berakhlak baik, begitu juga sebaliknya jika perilaku yang
muncul dengan mudah tanpa dibuat-buat adalah perilaku yang buruk maka dia
berakhlak buruk.[11]
Istilah Karakter jika
diungkapkan oleh Presiden Indonesia yang pertama Ir. Sokearno karakter merupakan sebuah watak
bangsa Indonesia yang harus dibangun, akan tetapi jika dalam pandangan Ki Hajar
Dewantara karakter memiliki makna pendidikan watak untuk para siswa yang
meliputi cipta, rasa, dan karsa.[12]
Watak sebenarnya merupakan sifat seseorang yang dapat dibentuk , walaupun watak
mengandung unsur bawaan yang antara satu dengan yang lain berbeda-beda. Karena
watak itu dapat dipengaruhi dari faktor internal dan eksternal. Faktor
Eksternal inilah yang menjadi akan dijadikan sumber dari mendidik karakter.
Yang dipengaruhi dari keluaga, sekolah, masyarakat dan lingkungan pergaulan.
Sedangkan menurut Elkind dan Sweet sebagaimana
dikutip oleh Heri Gunawan menjelaskan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu
upaya yang disengaja untuk membantu memahami manusia peduli, dengan nilai-nilai
etis. Bisa juga diartikan sebagai pemahaman untuk manusia agar bisa menilai
suatu kebenaran, sangat peduli dengan kebenaran dan hak-hak. Kemudia juga
melakukan suatu perbuatan yang diyakini kebenarannya. Maka secara tegas yang
kita kaitkan dengan dunia pendidikan di sekolah, pendidikan karakter merupakan
segala sesuatu yang dilakukan oleh seorang guru untuk mempengaruhi karakter
peserta didik. Guru membantu siswa untuk membentuk watak peserta didik. Hal ini
meliputi sebuah keteladanan yang dilakukan oleh seorang guru dalam bereperilaku
agar siswa dapat meniru apa yang dilakukan oleh seorang guru. Selain itu juga
bisa berbentuk cara berbicara
menyampaikan materi , guru bertyoleransi dan berbagai hal yang terkait
dengan tingkah laku yang baik.[13]
Pendidikan karakter juga bisa
diartikan sebagai upaya yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan
karakter yang baik (good character) berlandaskan kebajikan-kebajikan
inti yang secara obyektif baik bagi individu maupun masyarakat. Kebajikan itu
saantara lain menghargai kebinekaan, toleransi, gotong royong, musyawarah,
kebijaksanaan, adil, sederhanaan. Padangan pada masa dulu pendidikan karakter
yang paling utama adalah pendidikan dari keluarga. Karena keluarga pada masa
dulu mampu berfungsi sebagai tempat terbaik bagi anak-anak untuk mengenal dan
mempraktikan berbagai kebaikan dan biasanya itu terbentuk dalam sebuah tradisi
yang dikenalkan secara langsung kepada anak-anak bisa melalui keteldanan,
petuah, cerita, pembiasaan setiap hari secara intensif sehingga keluarga mampu
menjadi pendidikan utama dalam membangun sebuah karakter anak. [14]
Karakter diibaratkan seperti otot yang akan menjadi
lembek jika tidak dilatih. Dengan latihan maka otot akan menjadi kuat dan akan
terwujud menjadi kebiasaan. Hal yang penting yang harus dilakukan adalah
pembiasaan perilaku yang baik. Hal yang bisa kita ilustrasikan misalnya anak
yang sudah terbiasa berkata jujur atau disiplin dengan sendirinya akan berkata jujur dan berperilaku disiplin.
Hal ini karena karakter pada diri anak tersebut sudah terbentuk menjadi
karakter yang jujur dan displin. Orang yang memilki karakter yang baik
melaksanakan suatu aktifitas yang baik bukan karena hukuman atau aturan,
akantetapi keinginan melakukan aktifitas tersebut disebabkan karena keinginan
berbuat baik itu muncul dari pribadinya sendiri. [15]
Menanamkan pendidikan karakter
tidak hanya mengajarkan mana yang baik dan mana yang buruk,akan tetapi
pendidikan karakter harus dilakukan dengan menanamkan pembiasaan yang terus
menerus, sehingga kognitif meraka akan terbangun karena menjadi paham mana perbuatan yang baik dan
mana perbuatan yang buruk, selain itu juga afektif mereka juga diasah dengan
mampu merasakan nilai-nilai dari perbuatan baik tersebut, dan psikomotorik
tentunya akan didapatkan karena sudah terbiasa melakuakan perbuatan yang baik.[16] Oleh
karena sangat penting bagi seorang pendidik untuk membiasakan anak didiknya
untuk berperilaku yang baik, menanmkan nilai-nilai afektif kepada anak,
sehingga anak bisa melakukan suatu perbuatan yang baik, bukan kerana faktor
tertentu , akan tetapi memang karena muncul keinginan berbuat baik dari hati
dan pribadi anak itu sendiri, sehingga akan melahirkan karakter yang baik bagi
generasi bangsa di Indonesia.
Dari beberapa pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan suatu usaha dalam
pendidikan untuk membentuk dan memperbaiki akhlak perilaku perserta didik, dari
ucapan dan perbuatan dengan memberikan beberapa ilmu dan pemahaman tentang kebaikan yang bisa diterapkan di
lingkungan keluarga sekolah, masyarakat dan bernegara baik kepada orang yang
lebih muda atau yang lebi tua.
2.
Urgensi, Tujuan , fungsi dan
media pengembangan pendidkian Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan
sepuah aspek yang sangat penting dalam mengembangkan kualitas sumber daya
manusia (SDM), karena karakter turut serta dalam mennetukan kemajuan suatu
bangsa. Maka dari kualitas karakter yang baik ini harus dibentuk sejak dini,
karena usia dini merupakan usia emas dalam pembentukan karakter seseorang. Hal
ini sangat penting untuk dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena tingkat
perbuatan yang menyimpang dalam kalangan remaja semakin naik, anak-anak
sekarang juga menggunakan bahasa yang tidak baik, yang dicampuradukan bahkan
menggunakan kata-kata baru yang dicampuradukan dengan bahsa Indonesia. Perilaku
merusak diri dengan menggunakan narkoba, minuman keras , dan seks bebas.
Semakin kaburnya pedoman moral, berkurangnya sifat menghormati kepada orang
yang lebih tua.[17]
Hal inilah sebenarnya yang
menjadi alasan pentingnya pendidikan karakter di negara Indonesia. Jika hal ini
terus mengakar di negara kita , maka tentunya kualitas SDM di negara Indonesia
tidak menunjukan karakter yang baik. Warisan budaya tata krama nenek moyang
yang bersumber dari berbagai suku dan daeraah akan luntur.Maka sudah
sepantasnya jika pemerintah negara Indonesia juga sangat gencar untuk
mensosialisasikan pendidikan karakter.
Program pendidikan karakter
munculk di negara Indonesia juga sangat lazim jika dikembangkan. Karena
pendidikan di Indonesia berhasil dalam mendidik kognitif dengan pengembangan
otak yang cerdas, mampu menjawab berbagai macam ujian. Akan tetapi belum bisa
memilki mental yang kuat, terutama dalam bidang moral yang jauh menyimpang dari
kebaikan. Tidak lain juga banyak pakar agama yang mengajarkan kebaikan, tetapi
perilakunya juga jauh dari apa yang telah diajarkannya. Selain itu dalam bidang
pendidikan misalnya diajarkan untuk berkata jujur, bertanggung jawab, bekerja
keras, klebersihan,, akan tetapi itu hanya sebatas pada pengahfalan teori yang
diujikan melalui tes. Tindak lanjut dari teori yang harus diapalikasikan belum
berjalan secara maksimal. Ratna Megawangi sebagimana dikuti oleh Heri Gunawan
menjelaskan bahwa pendidikan karakter adalh mengukir akhlak melalui proses
pengetahuan kebaikan, cinta dengan kebaikan, dan juga beraktifitas yang baik,
sehingga melibatkan aspek kognitif, emosi dan fisik. Sehingga akhlak mulia bisa
terukir.[18]
Tujuan dari pendidikan karakter
adalah membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlakn mulia, bermolar,
bertoleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis,
berorientasi ilmu pengetahuan dan tekhnologi yang semuanya dijiwai oleh iman
dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan nilai-nilai pancasila. Sedangkan
fungsi dari pendidikan karakter adalah mengembangkan potensi dasar agar
memiliki hati yang baik, berpikiran yang baik, dan berperilaku yang baik.
Selain itu juga berfungsi untuk memperkuat dan membangun perilaku bangnsa
multikulur serta meningkatkan peradaban bangsa yang yang kompetitif dalam
pergaulan dunia. [19]
Jika kita lihat itu memang sudah menjadi
tujuan pendidikan nasioanal yang direncanakan sudah berapa tahun lamanya. Maka
dari itu penting sekali mendidik dengan baik di lingkungan sekolah dengan menanamkan
nilai-nilai karakter yang baik, sehingga tujuan dari pendidikan nasional dapat
terwujud dan bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang bermartabat di dunia
Internasional. Media dalam mengembangkan pendidikan karakter bisa dillakukan
dnegan menggunakan beberapa media antara lain ruang lingkup keluaraga, satuan
pendidikan seperti sekolah, masyarakat sipil, masyarakat politik, pemerintah,
dunia usaha, dan media masa.
3.
Sumber dan Nilai-nilai
pendidikan Karakter yang dikembangkan
Summber adalah tempat berasalnya karakter itu muncul.
Sedangkan nilai merupakan sesuatu yang terkandung dalam diri (hati nurani)
manusia yang lebih memberi dasar pada prinsip akhlak yang merupakan standar
dari keindahan dan dan keutuhan kata hati. Jadi nilai merupakan suatu rujukan
untuk melakukan tindakan atau perbuatan yang digunakan sebvagai sarana untuk
mempertimbangkan dan meraih perilaku tentang baik untuk dilakukan atau
ditinggalkan. [20]
Nilai-nilai yang baik dalam kehidupan antara lain adalah nilai
kejujuran, keadilan, tanggung jawab, kasih sayang, peduli, keramahan,
toleransi. Akan tetapi nilai-nilai
karakter yang dikembangkan di amerika sebagaimana dikutip oleh Heri Gunawan
menjelaskan bahwa ada 20 karakter utama yang dikembangkan antara lain dapat
dipercaya, rasa hormat dan perhatian, tanggung jawab, jujur, peduli,
kewarganegaraan, ketulusan, berani, tekun,
dan integritas.
Sedangkan nilai-nilai karakter
yang dikembangkan disekolah di Indonesia yaitu sebagai berikut :
1.
Hubungan dengan Tuhan yang Maha
Esa indikator atau deskripsi perilaku siswa yaitu siswa bekata dan berperilaku
yang mengandung nilai-nilai ketuhana atau ajaran agama yang dianutnya.
2.
Hubungan dengan dirinya sendiri
indikator dari nilai karakter ini adalah siswa mampu menghargai dirinya sendiri
.nilai-nilai yang menghargai dirinya sendiri antara lain kejujuran, bertanggung
jawab, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa
wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, ingin tahu,
dan cinta ilmu.
3.
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan sesama. Nilai karakter terhadap sesama antara lain sadar akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan-aturan sosial, menghargai
karya dan prestasi orang lain, santun serta demokratis. Memiliki tanggung jawab
sopan dan santun, dermawan dan tolong menolong, percaya pada diri sendiri dan
pekerja keras.[21]
4.
Nilai karakter dalam hubungannya
dengan lingkungan. Yaitu dengan menunjukan sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan lingkungan, serta memperbaiki lingkungan agar
menjadi lebih baik. Selain itu juga menunjukan sikap memberi bantuan yang
kepada masyarakat yang membutuhkan lingkungan.
5.
Nilai kebangsaan yaitu dengan
mengembangkan nilai mnasionalis, dan menghargai keberagaman. Maka perilaku yang
ditampilkan adalah dengan berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara yang meliputi kepedulian dalm bidang sosial,
ekonomi, dan kebudayaan, dan politik bangsa.[22]
4.
Prinsip-prinsip Pendidikan Karaktrer
Pendidikan Karakter di sekolah atau di madrasah akan
berjalan dengan lancar, jika guru dalam pelaksanaanya memahami prinsip-prinsip
yang ada pada pendidikan . Kemendiknas tahun 2010 memberikan rekomendasi ada 11
prinsip untuk mewujudkan tercapainya pendidikan karakter. 11 prinsip dalam
pelaksanaan pendidikan karakter tersebut antara lain :
1)
Mempromosikan nilai-nilai dasar
etika sebagai basis berbasis karakter.
2)
Mengidentifikasi karakter secara
komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
3)
Menggunakan pendekatan yang
tajam, proaktif, dan efektif untuk membangun karakter.
4)
Menciptakan komunitas sekolah
yang memiliki kepedeulian.
5)
Memberi kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukan perilaku yang baik.
6)
Memilki cakupan terhadap
kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik,
membangun karakter mereka , dan membantu mereka untuk sukses.
7)
Mengusahakan tumbuhnya motivasi
diri pada peserta didik.
8)
Memfungsikan seluruh staf
sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan
karakter dan setia pada nilai yang sama. Bisa kita pahami bahwa semua elemen
yang ada pada sekolah atau madrasah semua berfungsi dan saling memberikan
sumbangsih yang baik untuk membentuk karakter yang baik terhadap peserta didik.
9)
Adanya pembagian kepemimpinan
moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha
membangun karakter. Inilah yang menjadi penting komite sekolah dalam hal
pendiidkan. Karena akan menjabatani program yang akan dilaksakan sekolah.
11)
Mengevaluasi karakter sekolah,
fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter dan manifetsasi karakter poritif
dalam kehidupan peserta didik. [23]
Menjadi hal yang penting jika pendidikan karakkter dilaksanakan
secara berkelanjutan karena proses pemembengan
karakter merpakan sebuah proses yang sangat panjang mulai merke masuk sekolah
sampai dia lulus, selain itu seharusnya pendidikan karakter juga terintegrasi
ke semua mata pelajaran, kegiatan pengembangan diri seperti kegiatan
ekstrakurikuler , dan buadaya yang ada disekolah tersebut. Pendidikan karakter juga harus dipahami oleh
peserta didik., kemudia setelelah dia tahu dia praktekan dalam kehidupan dan
dibiasakan perilaku tersebut sehingga akan menjadi budaya yang baik pada
sekolah tersebut. Dan yang paling menarik dari suatu pendidikan adalah jika pendidikan
tersebut dapat dilaksanakan secara aktif dan meyenangkan. Siswa yang berperan
aktif dalam prosese pendidikan sedangkan guru mengayomi dan mendukung apa yang
dilakukan oleh peserta didik.[24]
5.
Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Pencetus Pendidikan Karakter Foerster menyatakan bahwa setidaknya ada 4
ciri dasar dari pendidikan Karakter. 4
ciri dasar tersebut setidaknya dapat kita gunakan sebagai sarana untuk mengatahui
pendidikan karakter tersebut berlangsung dengan baik atau tidak jika
dilaksanakan di lingkungan sekolah atau Madrasah. 4 ciri dasar dari pendidikan
karakter tersebut antara lain :
1)
Keteraturan interior dimana
setiap tindakan diukur berdasarkan hirarki nilai, Maka nilai menjadi pedoman
yang bersifat normative dalam setiap tindakan.
2)
Koherensi yang memberi
keberanian membuat sesorang teguh ada prinsip dan tidak mudah mudah
terombang-ambing dengan situasi baru atau tekut resiko. Karena ini akan menjadi
dasar dala membangun rasa percaya satu sama lain.
3)
Otonomi yang man akan menjadi dari
sebuah keputusan pribadi tanpa terpengaruh desakan atau pihak lain.
4)
Keteguhan dan kesetiaan yang
mana akan menjadi daya tahan bagi sesorang dalam menghrapakan sesuatu yang
dipandang adalah sesuatu yang baik. Dan kesetian merupakan sebuah bbukti dari
komitmen.
B.
Pendidikan Karakter di Sekolah
atau Madrasah di Indonesia
Pendidikan dilaksanaka di sekolah
atau madrasah, tentunya tidak mungkin jika pelaksanaan tersebut tanpa didasari
dengan alasan yang jelas, sedikitnya ada 4 faktor yang mendasar pendidikan
karater dilaksanakan di sekolah. Anatara lain :
1.
Banyak keluarga yang tidak
melaksanakan pendidikan karakter
2.
sekolah sebenarnya tidak hanya
bertujuan untuk membentuk anak yang cerdas, akan tetaapi juga membentuk anak
yang baik dengan berperilaku yang baik dalam kehidupannya
3.
kecerdasan seorang anak akan
bermakna jika dilandasi dengan kebaikan.
4.
Tugas guru dan tanggung jawab
guru adalah membentuk anak didik memilki karakter yang tangguh, dan gruru
merupakan sosok yang sangat berperan dalam membentuk karakter tersebut.[25]
Pendidikan
karakter di Indonesia tentunya memang harus dilaksanakan di Sekolah karena
waktu siswa setidaknya 6 sampai 7 jam siswa berada di sekolah. Selain itu
kondisi moral dan perilaku kaum muda
sangat mencemaskan. Hal itu ditandai dengan perilaku mencontek, mengkonsmsi
narkoba, tindakan keketrasan, pornografi , seks bebas, acuh tak acuh terhadap
orang lain.[26]
Jadi memang selayaknya pendidikan karakter harus dilaksanakan di sekolah.
Karena semua itu sebenarnya adalah keinginan dari masyarakat yang mengharapkan
sekolah sebagai tempat pendidikan memberikan sumbangsih terhadap generasi muda.
Ketika sekolah sudah dipercaya oleh
masayarakat untuk memberikan sumbngih pendidikan untuk memperbaiki karakter
penerus bangsa. Maka sekolah seharusnya memahami konsep pendidikan karakter
yang didalamnya juga ada prinsip-prinsip dalam pengembangan pendidikan karakter
. seharapan dari masayarakat bisa terwujud dengan baik. Selain itu masayarakat
juga akan merasa keberadaan sekolah dan madrasah sangat membantu pendidikan
karakter dari putra-putri mereka.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari latar belakang dan rumusa masalah dan pembahasan pada bab II di
atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. pendidikan karakter di sekolah merupakan suatu usaha dalam pendidikan
untuk membentuk dan memperbaiki akhlak perilaku perserta didik, dari ucapan dan
perbuatan dengan memberikan beberapa ilmu dan pemahaman tentang kebaikan yang bisa diterapkan di
lingkungan keluarga sekolah, masyarakat dan bernegara baik kepada orang yang
lebih muda atau yang lebih tua. Yang
bersumber dari nilai ketuhanan dan
sesama manusia. Yang dikembangkan di sekolah prinsip-prinsip pendidikan
karakter di sekolahyang diintegrasikan dan difungsikan daari berbagai elemen
yang ikut terjun dalam dunia pendidikan
2. Pendiidkan sangat penting dilaksanakan di sekolah karena melihat
fenomena dan realita yang ada dimasayarakan begitu sangata mencemaskan,
sehingga masyarakat berharap dan menuntut sekolah untuk dapat membentuk dang
mengembangkan pura-putinya untuk memiliki karakter yang baik, sehingga
B.
Kritik
dan Saran
Demikian
makalah yang membahas tentang “ Konsep pendidikan karakter di sekolah
atau Madrasah semoga kita bisa memahami dan mendidik putra-putra kita menjadi
generasi berkaraker yang baik. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
jauh dari sempurna dan banyak kalimat-kalimat yang salah atau mungkin tidak
bisa dipahami. Untuk itu kritik dan saran selalu kami nantikan guna
kesempurnaan tugas selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
El Mubarok, Zaim, Membumikan Pendidikan Nilai
Mengumpulkan yang terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang
tercerai, Bandung: Alfabeta CV, 2009.
Gunawan Heri,S.Pd.I, M.Ag, Pendidikan Karakter
Konsep dan Implementasi, Bandung : Alfabeta CV, 2012.
Maksudin, Dr, H, M. Ag. Pendidikan Karakter
Non-Dikotomik, Yogyakarta, Fakultas tarbiyah UIN Sunan Kalijaga bekerja
sama dengan Pustka pelajar, 2013.
Moh. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan
ala Rasulullah, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2009.
Saptono,M.Pd. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter
Wawasan,strategi, dan langkah praktis, Jakarta : Erlangga Group, 2011.
Sudrajat, Ajat, et.all. Din al-Islam Pendidikan Islam di
Perguruan Tinggi Umum, Yogyakarta : Uny Press, , 2008
Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme
dan VVT sebagai Inovasi Pendekatan
Pembelajaran Afektif, Jakarta : Rajawali Pers, 2013.
Undang-undang SISDIKNAS (sistem pendidikan Nasional)
UU RI No 20 tahun 2003 pasal 3
[1] Moh. Slamet Untung, Menelusuri Metode Pendidikan ala Rasulullah, Semarang,
Pustaka Rizki Putra, 2009, hlm. 3
[2] Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter Wawasan,strategi, dan
langkah praktis, Jakarta, Erlangga Group, 2011, hlm. 16
[3] Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, ,
Alfabeta CV, Bandung, 2012, hlm.
2
[4] Zaim El Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang
terserak, menyambung yang terputus, dan menyatukan yang tercerai, Bandung,
Alfabeta CV, 2009, hlm. 104
[6] Zaim El
Mubarok, Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan yang terserak, menyambung
yang terputus, dan menyatukan yang tercerai, Bandung, Alfabeta CV, 2009,
hlm. 104
[7] Maksudin,. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta, Fakultas
tarbiyah UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Pustka pelajar, 2013, hlm. 1-3
[9] Ajat Sudrajat, et.all. Din al-Islam Pendidikan Islam di Perguruan
Tinggi Umum, Uny Press, Yogyakarta, 2008, hlm .81
[10] Hery Gunawan, Pendidikan
Karakter Konsep dan Implementasi, hlm. 24
[11] Ibid. hlm. 88
[12] Sutarjo Adisusilo, J.R. Pembelajaran Nilai Karakter Konstruktivisme dan
VVT sebagai Inovasi Pendekatan
Pembelajaran Afektif, Rajawali Pers, Jakarta,2013, hlm. 76
[13] Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi, ,
Alfabeta CV, Bandung, 2012, hlm.
24
[14] Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter wawasan, strategi, dan
langkah praktis, Erlangga, Jakarta, 2011, hlm23
[15] Heri Gunawan, Pendidikan
Karakter Konsep dan Implementasi, , Alfabeta CV, Bandung, 2012, hlm. 24
[16] Ibid,
hlm. 27
[17] Ibid,
hlm 28
[18] Ibid,
hlm. 29
[19] Ibid,
hlm. 30
[20] Ibid,
hlm. 31
[21] Maksudin,. Pendidikan Karakter Non-Dikotomik, Yogyakarta,
Fakultas tarbiyah UIN Sunan Kalijaga bekerja sama dengan Pustka pelajar, 2013,
hlm. 56
[22] Heri Gunawan, Pendidikan
Karakter Konsep dan Implementasi, , Alfabeta CV, Bandung, 2012, hlm. 33-35
[23] Ibid. hlm. 35
[24] Ibid.
hlm. 36
[25] Saptono, Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter wawasan, strategi, dan
langkah praktis, Erlangga, Jakarta, 2011, hlm. 24
[26] Ibid.
25
Tidak ada komentar:
Posting Komentar